Minggu, 29 Januari 2017

Kisah 14 Hari Untuk Selamanya dalam RK MENTEE 2017 (Part 1)

1/29/2017 09:35:00 AM 2 Comments
Kali ini aku ingin berbagi suatu kisah 14 hari dalam suatu fase kehidupanku yang entah bagaimana ceritanya sedikit banyak mengubah cara pandangku akan kehidupan di masa kini dan masa depan kelak. Aku tak ingin menggurui atau telihat sok tahu namun hanya ingin menceritakan satu cerita manis bersama 20 pemuda/i lainnya dalam kegiatan mentorship RK MENTEE 2017.











Tahun 2016 lalu, aku baru saja menyelesaikan pendidikan sarjanaku di salah satu universitas negeri di kota Semarang. Lantas kemudian bulan Agustus aku mengikuti prosesi wisuda dan menanggalkan status istimewa sebagai mahasiswa. Aku juga memutuskan untuk resign dari posisiku sebagai Owner and Event Planner di Semarang Party Organizer karena ada beberapa alasan khusus, namun bisnis tersebut tetap dilanjutkan temanku. Lalu kemudian setelah berdiskusi dengan orang tua, aku memutuskan untuk mendalami materi IELTS di Kampung Inggris Pare, Jawa Timur sebagai salah satu persyaratan untuk mendaftar beasiswa program master. 

Saat aku sedang di Pare aku melihat salah satu temanku yang bernama Annisa Yuditiani yang tengah melanjutkan program master di Inggris men-share tentang kegiatan mentorship oleh Prof. Rhenald Kasali. Icha (panggilan akrabnya) adalah salah satu peserta kegiatan mentorship RK MENTEE tahun 2016 lalu. Aku kenal dengan Icha karena kami perwakilan dari divisi yang sama saat masih aktif di organisasi AIESEC. Seketika aku mencari tahu apa itu RK MENTEE dan kegiatan seperti apa yang akan dilakukan, namun ternyata agak cukup berbeda karena tahun 2017 ini durasi cukup lama selama 14 hari dibanding tahun lalu yang hanya 5 hari kalau aku tidak salah. Mengusung tema Living The Experience, nantinya para peserta yang terpilih akan benar – benar merasakan secara langsung atmosfer di Rumah Perubahan (institusi penyelenggara kegiatan milik Pak Rhenald Kasali).

Kemudian aku memantapkan diri untuk megikuti prosesi seleksi dan aku diharuskan untuk melengkapi beberapa pertanyaan dan esai. Saat aku mendaftar aku seperti flash back akan kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu tepatnya di tahun 2011 ketika aku masih menjadi mahasiswa baru dan menjadi panitia kegiatan Social Entrepreneurship. Pada saat proses seleksi tersebut aku juga menyebutkan salah satu impianku untuk menjadi seorang Social Entrepreneur. Layaknya ‘connecting the dots’ aku memaknai beberapa kejadian di masa lalu seperti sebuah kompas untuk menuntunku berjalan menapaki masa depan. Hingga pada akhirnya aku mendapat email pemberitahuan bahwa aku lolos di tahap kedua sejumlah 50 peserta dimana kami diharuskan memposting video yang berhubungan dengan biodata diri dan visi misi kami. Saat mengerjakan video tersebut aku cukup banyak dibantu oleh teman seperjunganku dalam menimba ilmu di Pare yakni mb Dinta dan Laras. Setelah proses video selesai dan aku unggah di instagram, aku harap – harap cemas akan hasil selanjutnya dan aku masih ingat dengan jelas tak lama dari itu saat aku baru pulang dari sebuah kegiatan di Surabaya, salah seorang panitia bernama Dinar memberitahu bahwa aku lolos di tahap ketiga yaitu proses interview. Sempat beberapa kali re-schedule jadwal interview dengan panitia baru pada akhirnya hari Senin, 19 Desember 2016 aku mendapat giliranku interview oleh Kak Dinar dan Kak Rifki. Hingga pada akhirnya tanggal 24 Desember 2016, aku diberitahu sahabatku,Iluk, bahwa aku lolos dan menjadi salah satu peserta RK MENTEE di tahun 2017. Buru – buru aku melihat pengumuman tersebut di Instagram dan ada kebahagiaan yang membuncah melihat ada namaku diantara 21 nama lainnya.

Tanggal 7 Januari 2017, aku sampai di Bekasi dan dijemput oleh pamanku karena pukul 18.00 seluruh peserta sudah bisa melakukan check-in untuk kegiatan Living The Experience (LTE). Setelah beristirahat di rumah pamanku, kemudian aku diantar ke Rumah Perubahan dan awalnya aku cukup bingung menemukan letak lokasi karena kita harus memasuki gang yang cukup sempit dan berada di pemukiman padat penduduk namun tenyata setelah aku mengobrol dengan panitia bahwa ada filosofi yang ingin disampaikan agar semangat social entreprenuership itu benar – benar bisa menyentuh langsung warga sekitar. Ketika aku sampai, para peserta yang lain tengah makan malam dan suasana hangat langsung tercipta. Kami saling berkenalan satu sama lain dan aku sangat senang bertemu pemuda inspiratif dari Aceh hingga Papua. Setelah cukup mengobrol kami dipersilahkan untuk beristirahat di penginapan Gedung The Winners.





Keesokan hari pada tanggal 8 Januari 2017 merupakan hari pertama rangkaian acara LTE yang diselenggarkan oleh Rumah Perubahan. Kami dibuat cukup bingung ketika panitia tidak memberikan rundown selama acara.Tetapi kemudian panitia menjelaskan bahwa hal itu memiliki tujuan agar kami para peserta bisa jauh lebih tanggap ketika menerima semua tantangan dan juga pembelajaran selama kegiatan. Beberapa panitia yang merupakan staf Rumah Perubahan maupun RK MENTEE tahun sebelumnya mulai memperkenalkan diri dan mereka adalah Bang TB, Mas Cahya, Mas Yudho, Kak Enje, Kak Hesti, Mas Yudi, Mas Reza, Kak Dinar, Kak Kania, Kak Sekar, Mbak Agnes bahkan penulis buku 30 paspor yakni J.S. Khairen.

Tidak hanya sesi perkenalan dengan panitia, antar peserta pun juga saling mengenal satu sama lain. Dua puluh satu pemuda/i yang tergabung dalam RK MENTEE 2017 tahun ini adalah Vania, Dhyan, Pretty, Natya, Vebby, Qori, Nella, aku, Iqbal, Chafid, hanif, Ilham, Gigih, Andreas, Ergy, Audia, Nasir, Alvian, Fauzi, Sayeed. Namun hari itu masih ada satu peserta yang belum bisa bergabung yakni Noni karena ia sedang dalam perjalanan dari Jepang.

Setelah sesi perkenalan, tak lama kami langsung diajak berkeliling di area Rumah Perubahan dan dikenalkan beberapa unit bisnis yang ada disana seperti Rumah Tempe (pengolahan tempe yang menggunakan air embun dalam proses pengerjaanya dan sangat higienis). Integrated Farming dan juga kegiatan Petualang Cilik. Kemudian, kami diajak ke Gedung Powerhouse (Kantor dari Rumah Perubahan) dan mendapatkan sesi mentoring dengan Prof. Rhenald Kasali. Sesi tersebut menurut saya pribadi sangat membuka wawasan dan menyenangkan karena cara beliau menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan kami terlihat sangat kebapakkan layaknya seorang ayah kepada anak – anaknya namun sama sekali tidak menggurui. Sehabis itu panitia mengumumkan bahwa kami harus melanjutkan sesi Outbond. Ada satu hal unik yang tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya yakni saat di kolam kerbau kami diminta untuk menyelesaikan tantangan yang harus memandikan kerbau. Kalau ditanya rasanya bagaimana awalnya mungkin agak jijik namun lama – lama menjadi biasa karena dilakukan bersama sahabat – sahabat baru di RK MENTEE.


Mengikuti serangkaian kegiatan di Rumah Perubahan membuat kami harus siap dengan berbagai hal baru yang mungkin tidak pernah kita perkirakan sebelumnya seperti saat panitia mengumumkan bahwa kami harus menjalani Urban Outbond di area Jabodetabek. Panitia memberi kami uang sejumlah Rp. 75.000,00 untuk 7 anggota tim dan satu perwakilan panitia. Uang tersebut harus digunakan untuk keperluan makan dan transportasi. Peserta juga dilarang membawa handphone, kamera maupun uang pribadi. Saat menerima tantangan tersebut, kami cukup terkejut dan langsung memutar otak jenis strategi apa yang bisa kami jalankan karena kami dibagi menjadi tiga kelompok. Ada banyak hal positif yang aku dan teman satu tim temui selama perjalanan seperti di tengah hiruk pikuknya kota Bekasi maupun Jakarta ada saja orang yang mau memberi kami tumpangan seperti bapak pengemudi mobil pick-up, montir sebuah bengkel atau ibu – ibu yang kami temui di halte Busway mau meminjamkan kartunya sehingga kami bisa sampai di lokasi. Sesampainya di tempat ternyata sudah ada Yoris Sebastian sebagai salah satu pembicara mennati kedatangan para peserta.


Tidak hanya Yoris, ada banyak pembicara lain yang kemudian juga memberikan kami sudut pandang baru dalam berbagai hal tentang kepemimpinan, aksi cepat tanggap serta kepedulian sosial. 

Sederet nama yang tidak asing seperti Emil Dardak (Bupati Trenggalek), RJ Lino (Mantan Direktur Utama PT. Pelindo II), Haidar Bagir (CEO Mizan),  Suryopratomo (Kepala Pemberitaan METRO TV serta pernah menjabat sebagai Pemred Kompas), Representatif dari PT. Freeport Indonesia datang untuk memberikan inspirasi soal keteladanan bagi kami para peserta. Tidak hanya itu, para peserta juga diajak untuk lebih peka terhadap isu sosial melalui sharing bersama para pelaku Social Entrepreneur dari Kitabisa.com (Alfatih Timur), Dreamdelion (Alia Noor Anoviar), Bank Tani (Masril Koto). Lewat mereka aku semakin sadar bahwa dalam suatu proses menuju perubahan dan keinginan untuk berbuat baik pasti selalu ada hambatan dari orang asing bahkan orang terdekat kita. Tapi semua itu tergantung dari bagaimana kita menyikapi bahwa kita harus menjaga mimpi – mimpi kita bukan hanya dari hal buruk yang kemungkinan terjadi namun hal baik namun bukan prioritas. Aku juga merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan Founder dari Sabang Merauke (Aichiro Suryo Prabowo) dan beliau mengingatkan kami bahwa toleransi itu harus diajarkan sedari dini seperti slogan mereka bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan.








Psst... nantinya di part 2 aku juga akan banyak bercerita tentang hal - hal seru lainnya saat aku mengikuti kegiatan ini dan beberapa hal tersebut seperti: 7 tata nilai kebaikan di Rumah Perubahan dan observasi pada anak - anak di TK PAUD Kutilang, Company Visit, Pengalaman nonton langsung On Air Mata Najwa hingga exclusive dinner with Prof. Rhenald Kasali and Bunda Lisa :)

Minggu, 01 Januari 2017

Redefining Yourself

1/01/2017 06:35:00 AM 1 Comments
Belakangan ini di pergantian hari menuju tahun 2017, aku kerap berpikir bahwa apa yang terjadi selama 2016 telah banyak mengubah cara pandangku terhadap suatu kejadian yang hadir dalam hidupku. Tulisan ini tepat kutulis di  hari pertama dalam tahun 2017 dan aku berada di rumah berkumpul bersama keluarga setelah selama beberapa tahun terakhir aku hidup sebagai anak rantau dan menghabiskan malam pergantian tahun dengan teman – teman serta memiliki kesempatan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Ada banyak sekali kejadian sakral yang terjadi sepanjang tahun 2016 kemarin yang kemudian aku syukuri karena aku berhasil melewatinya dengan baik. Dimulai dari resolusi sederhana yang aku lakukan untuk bisa menghilangkan sifat pelupa yang ada pada diriku, aku memaksa diriku untuk menuliskan jurnal harian kegiatan pribadiku per tanggal 1 Januari – 31 Desember 2016. Hasilnya aku banyak meng-capture keseharianku dan juga menentukan urgensi dari suatu urusan. Lalu kemudian, aku melihat diriku yang mulai menerima arti sebuah kegagalan tapi kemudian bangkit untuk menyelesaikan sesuatu yang telah kita mulai. Aku cukup sedih ketika masa kuliahku tidak dapat aku selesaikan tepat di tahun ke-4 namun harus mundur menjadi 4,5 tahun. Alhamdulillah aku telah menyelesaikan salah satu kewajiban dalam hidup menjadi seorang sarjana. Disamping itu semua, aku belajar memahami diriku sendiri bahwa selama rentang waktu itu aku bisa mendapatkan pengalaman berharga untuk bisa berbagi di komunitas sosial Pemuda Gemilang dan menjadi Public Relation di event Pemilihan Putri Hijabku Jawa Tengah. Kedua kegiatan tersebut banyak mendapat tanggapan positif dari masyarakat yang kemudian membuatku banyak bertemu orang baru. Hinnga pada akhirnya aku wisuda pun aku merasa itu adalah waktu yang tepat mengakhiri masa kuliahku.






Selanjutnya hal positif yang aku syukuri selama tahun 2016 adalah pengalaman menjadi pembicara di salah satu SMA di kota Semarang dan juga Fakultas Hukum Universitas Diponegoro sharing tentang pengalamanku dalam memulai usaha di Event Organizer Semarang Party. Aku memutar ingatan kembali ketika menjadi mahasiswi baru di jurusan Sastra Inggris aku melihat salah satu seniorku mengisi sesi perkenalan mahasiswa baru dengan cerita inspiratifnya saat itu aku bergumam dalam hati bahwa mungkin akan sangat menyenangkan bila aku bisa seperti mereka membagikan pengalaman dan berdiri di depan podium. Impian itu terus terpatri dalam hatiku karena pada saat kecil dulu aku tumbuh menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri tapi aku percaya bahwa suatu saat aku akan bisa berbagi kisah, cita – cita dan mimpi sepanjang hidupku untuk teman – teman yang lain.





Selain cerita manis pahitnya meraih cita – cita, masa perkuliahan tidak akan lengkap rasanya tanpa ada bumbu percintaan. Kisah aku dan salah seorang teman baik yang akhirnya menjadi mantan pacar telah aku alami tapi hal itu tidak kemudian membuat hubungan kami sebagi teman renggang malah aku bersyukur bahwa akhirnya ia telah menikah dan kelak menjadi seorang ayah. Tak lama dari itu aku sempat bertemu seseorang yang kemudian membuat aku tertarik dari segi obrolan dan visi di masa depan tapi ada baiknya untuk sekarang kami sama – sama berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tetap berada di koridor ‘pertemanan’ tanpa anda intensi untuk memulai hubungan yang serius. Tidak ada hubungan yang lebih indah ketika dua orang insan saling berproses mencari ridho-Nya.

Untuk masalah pertemanan, aku merasa sangat bersyukur banyak dikelilingi orang – orang dengan aura positif dan membangun karakterku. Seseorang pernah bilang bahwa semakin bertambahnya usia lingkungan pertemanan kita akan luas namun kualitas pertemanan adah sebaliknya. Dari berbagi kejadian yang terjadi, aku seperti diberikan sinyal untuk menilai mana teman yang benar – benar tulus ada di saat momen – momen kejatuhan maupun teman yang hanya ada di masa bahagia. Sampai kemudian dua hari setelah ulang tahunku, aku mendapat kabar duka bahwa salah satu sahabat terbaikku harus duluan menghadap yang maha kuasa di usianya yang masih sangat muda.
Setahun kemarin telah banyak memberi arti bahwa boleh jadi aku memasang target namun kuasa tetap di tangan Allah swt. Atau hal lainnya bahwa mungkin sesuatu yang kita inginkan tidak selalu baik namun akan diganti oleh yang lebih kita butuhkan. Aku berharap bahwa di tahun 2017 aku bisa selalu berpikiran positif dan selalu berusaha untuk mencapai cita – cita serta berguna untuk orang – orang di sekitarku. Selama setahun kemarin aku mengevaluasi diri agar menjadi pribadi yang lebih tangguh dalam mengejar mimpi - mimpi :)