Tampilkan postingan dengan label Leadership and Development. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Leadership and Development. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Oktober 2017

Pengalaman Menjadi Duta Cerita The Habibie Center

10/06/2017 05:59:00 AM 4 Comments
Beberapa bulan lalu tepatnya tanggal 28 - 30 Juli 2017, aku terpilih menjadi satu dari 30 Duta Cerita dan berkesempatan untuk mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh The Habibie Center di kota Solo. Setelah sebelumnya melewati serangkaian proses dari menulis esai, mengirimkan video profil dan mengikuti interview via skype. Berdasarkan penjelasan yang ada di facebook The Habibie Center, program CERITA adalah sebuah program untuk inklusivitas yang menggabungkan storytelling, transformasi konflik dan penggunaan aplikasi digital. Kegiatan pelatihan yang berlangsung selama dua setengah hari ini mengajak peserta untuk bisa memahami isu toleransi dan keberagaman yang terjadi di sekitar kita  Program CERITA yang memiliki kepanjangan “Community Empowerment for Raising Inclusivity and Trust through Technology Application” ini juga berlangsung di Jakarta, Jogjakarta, Bandung dan Malang.




Bagiku pribadi, ini adalah pengalaman yang seru sekaligus menantang dimana aku berkesempatan untuk berdiskusi dengan pemateri yang sudah expert di ranah transformasi konflik seperti Rahimah Abdulrahim (Executive Director The Habibie Center), Stephen Shashoua (Founder Plan C: Culture and Cohesion), Abdul-Rehman Malik (Program Manager Radical Middle Way), Dr. Rudi Sukandar (Associate Fellow The Habibie Center), Aan Permana (Program Manager CERITA), dan Rosalina Wulandari (Co-Founder & CEO Lentera Indonesia). Acara pelatihan ini pun dikemas dengan sangat menarik dimana kita tidak hanya duduk diam mendengarkan instruksi tapi juga diajak untuk melakukan beberapa aktivitas layaknya bermain sambil belajar. Plus pasokan snack dan minuman di Omah Sinten yang super enak juga bikin para peserta ga keroncongan selama acara hehe





Melalui kegiatan ini, aku juga baru tau kalau bercerita itu juga bisa menjadi salah satu terapi healing process. Selain itu, aku juga belajar menjadi lebih peka dengan mendengar pengalaman para duta cerita lainnya yang pernah mendapat diskriminasi di lingkungan mereka. Kadang sebagai manusia kita tidak sadar bahwa tindakan kita bisa menyakiti orang lain seperti membully, menyebarkan ujaran hate speech atau berita hoax apalagi di era perkembangan digital seperti sekarang dimana kita bisa saja berlindung dibalik identitas anonim. Sehingga output dari kegiatan ini, para DUTA CERITA bisa melakukan replikasi training mengenai transformasi konflik dan story telling di kota asal para peserta.




Kegiatan ini juga menginspirasi aku dan temanku sesama Duta Cerita di Solo (Mas Dwi) untuk membuat kegiatan serupa di Pare, Kediri pada hari Minggu 27, Agustus 2017 dengan nama “ Pare Bercerita: Unity in Diversity”. Ketika kami membuat program tersebut, kami ingin memberikan hasil yang maksimal walaupun dengan persiapan acara yang sangat mepet yakni kurang dari dua minggu. Kami pun juga turut berkomunikasi dengan pihak The Habibie Center sekaligus meminta saran ditengah kesibukan kami masing - masing. Sebagai trainer merangkap seksi repot kami juga dituntut untuk bisa menghandle acara dengan baik mulai dari memikirkan konsep, mencari peserta, menjadi seksi konsumsi dan juga dokumentasi. Tetapi rasa capek itu terbayar ketika melihat antusiasme para peserta yang datang dari berbagai kota di Indonesia seperti Makassar, Solo, Polewali Mandar, Lampung, Jombang, dan Medan. Peserta yang kebetulan sedang belajar di Pare ini memiliki semangat dan kepedulian akan isu toleransi yang terjadi di lingkungan dimana mereka berasal. Di akhir acara, peserta juga kami minta untuk menceritakan pengalaman keberagaman mereka dalam bentuk video dan juga bekerja secara berpasangan . Mungkin ini sebuah langkah kecil yang bisa aku lakukan sebagai salah satu pemudi Indonesia untuk tidak hanya menggerutu terhadap masalah sosial yang ada namun juga mengajak orang lain untuk bersama – sama melakukan perubahan :)








Senin, 27 Februari 2017

Kisah 14 Hari Untuk Selamanya dalam RK MENTEE 2017 (part 2)

2/27/2017 01:18:00 AM 1 Comments
Setelah menjalani beberapa hari berada di Rumah Perubahan, aku dan teman – teman yang lain mulai membiasakan diri dengan hal positif yang ada di Rumah Perubahan tentang bagaiamana kita bersikap. Jika sebelumnya kami merasakan Urban Outbond untuk mengelilingi area Jabodetabek sperti yang aku tulis disini, selanjutnya kami juga mendapat tugas untuk melakukan observasi. Tugas observasi pertama yang kami terima adalah untuk mengunjungi Sekolah PAUD dan TK “Kutilang”. Sekolah ini merupakan salah satu dari jenis kegiatan social enterprise yang dikelola oleh Rumah Perubahan. Murid – murid yang diterima di sekolah ini sebanyak 90 % berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu. Ketika ada pertanyaan bagaimana untuk tetap menjaga kualitas dan menjaga hubungan antara orang tua murid dan siswa. Guru dari TK Paud Kutilang tersebut menjelaskan bahwa ada seleksi wawancara yang diberlakukan oleh Bunda Lisa (Istri dari Prof. Rhenald Kasali dan Pengelola TK Paud Kutilang) khususnya dalam menjaring calon siswa melalui orang tua.

Metode yang digunakan yakni BCCT atau Beyond Center and Circle Time jadi adanya pembagian beberapa sentra kegiatan untuk para siswa. Sentra tersebut terbagi menjadi sentra IMTAQ, peran besar, balok, bahan Alam, persiapan seni budaya dan kelas memasak. Untuk membiasakan para siswa mengenal akan bahasa ibu maka para guru menggunakan bahasa Indonesia baku dalam proses belajar mengajar. Sedari dini, anak – anak juga diajarkan untuk mengenal dan menjalankan “ 7 Tata Nilai Kebaikan” yang ada di Rumah Perubahan berupa kejujuran, kepedulian, kerja keras, terbuka, prioritas, proaktif dan kerjasama. Aku dan para peserta kegiatan Living The Experience mendapat tugas untuk mengobservasi hal – hal positif yang ada pada salah satu anak di sentra. Saat kegiatan berlangsung aku mendapat bagian di sentra bahan alam dan pilihanku jatuh untuk mengamati Alifa. Selama kurang lebih tiga puluh menit observasi, aku melihat bahwa Alifa telah mampu untuk bekerjasama dengan baik dengan teman sepermainan, tidak egois dan juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tidak hanya itiu kami juga diajak berkeliling untuk mengunjungi “MANCA” atau Taman Bacaan yang ada di dekat sekolah.

Manca (Taman Baca)
 Di hari yang berbeda kami mendapatkan kejutan dari pihak panitia untuk melakukan company visit di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dan juga berdiskusi dengan para pejabat di Angkasa Pura II tentang terobosan yang akan dilakukan. Tak lama dari itu, kami juga segera bertolak ke salah satu stasiun TV swasta terbesar di Indonesia yakni METRO TV. Kami diajak untuk berkeliling dan dikenalkan tentang berbagai fungsi serta jenis pekerjaan yang ada di media. Hal yang tak aku sangka juga akhirnya mendapat kesempatan langsung untuk bertemu dengan Najwa Shihab dan menonton langsung program Mata Najwa.

Company Visit Angkasa Pura II

Company Visit Metro TV

          Selain kunjungan ke berbagai institusi, aku dan para peserta juga mendapatkan sesi mentor oleh Bang TB dan salah satu momen yang cukup berkesan buatku adalah personal feedback dari para peserta lainnya untukku. Kami diminta untuk menuliskan hal positif dan negatif yang ada pada diri masing – masing dan para peserta lainnya. Setelah sesi selesai, aku banyak melihat sisi lain dan pandangan baru dari teman – temanku yang tak lain untuk kemajuanku juga.
Tantangan lain yang diberikan oleh panitia adalah menjadi fasilitator untuk kegiatan Petulang Cilik. Setelah sebelumnya aku dan beberapa teman lain yang in charge di bagian Marketing Intern untuk membuat marketing plan untuk Petualang Cilik dengan tema Lingkungan Hidup. Rasanya menyenangkan ketika bisa berbagi keseruan dengan anak – anak peserta dari Petualang Cilik karean tingkah dan polah mereka yang sangat polos dan memilik rasa keinginan yang tinggi. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mereka seperti memanen sayuran, memberi makan sapi, memandikan kerbau, membuat tempe dan memberi makan rusa.

Peserta Petualangan Cilik

Belajar membuat tempe

RK MENTEE 2017

          Kami juga sempat melakukan sesi presentasi bedah buku milik Pak Rhenald Kasali di depan peserta dan tim Rumah Perubahan. Selain itu, pihak panitia juga menugaskan kami untuk membuat movie making challenge tentang 7 Tata Nilai Kebaikan di Rumah Perubahan. Kebetulan timku mendapat bagian tema tentang kepedulian. Kami memilih konsep Horror Comedy yang akhirnya membuat kami mendapat predikat Best Actor, Best Actress dan Best Movie. Proses pengerjaan yang cukup singkat dimulai dari Kamis malam Jumat baru selesai jam 3 pagi dan harus sudah dikumpulkan ke panitia hari Sabtu pagi.





     Kejutan lain yang aku terima selama mengikuti kegiatan ini adalah mendapat kesempatan untuk makan malam secara spesial dengan Pak Rhenald Kasali dan Bunda Lisa. Sejujurnya aku cukup tegang berada satu meja dengan Prof. Rhenald (maafkeun haha) namun lama kelamaan keadaan berubah menyenangkan dan suasana jga mencair. Oh iya, kami juga sempat memberikan birthday surprised untuk salah satu senior RK MENTEE. Lewat kegiatan ini aku semakin belajar bahwa layaknya sebuah perjalanan kehidupan kita tidak akan pernah tau hal baik atau buruk di masa lalu bisa berdampak sebegitu besar dalam membentuk kepribadian kita di masa depan. Terima kasih banyak aku ucapkan kepada Tim Rumah Perubahan, Pak Rhenald Kasali, Bunda Lisa dan teman – teman RK MENTEE 2017 yang baru aku temui beberapa waktu tapi sudah seperti keluarga yang mendukung dan juga memiliki mimpi besar untuk perubahan yang nyata. Mungkin hanya 14 hari kami dipertemukan, namun kisah ini akan begitu terkenang dan mengubah cara pandangku akan sebuah permasalahan agar memiliki Growth Mindset agar bukan hanya menjadi seorang passenger namun bertumbuh menjadi seorang great driver.

Minggu, 29 Januari 2017

Kisah 14 Hari Untuk Selamanya dalam RK MENTEE 2017 (Part 1)

1/29/2017 09:35:00 AM 2 Comments
Kali ini aku ingin berbagi suatu kisah 14 hari dalam suatu fase kehidupanku yang entah bagaimana ceritanya sedikit banyak mengubah cara pandangku akan kehidupan di masa kini dan masa depan kelak. Aku tak ingin menggurui atau telihat sok tahu namun hanya ingin menceritakan satu cerita manis bersama 20 pemuda/i lainnya dalam kegiatan mentorship RK MENTEE 2017.











Tahun 2016 lalu, aku baru saja menyelesaikan pendidikan sarjanaku di salah satu universitas negeri di kota Semarang. Lantas kemudian bulan Agustus aku mengikuti prosesi wisuda dan menanggalkan status istimewa sebagai mahasiswa. Aku juga memutuskan untuk resign dari posisiku sebagai Owner and Event Planner di Semarang Party Organizer karena ada beberapa alasan khusus, namun bisnis tersebut tetap dilanjutkan temanku. Lalu kemudian setelah berdiskusi dengan orang tua, aku memutuskan untuk mendalami materi IELTS di Kampung Inggris Pare, Jawa Timur sebagai salah satu persyaratan untuk mendaftar beasiswa program master. 

Saat aku sedang di Pare aku melihat salah satu temanku yang bernama Annisa Yuditiani yang tengah melanjutkan program master di Inggris men-share tentang kegiatan mentorship oleh Prof. Rhenald Kasali. Icha (panggilan akrabnya) adalah salah satu peserta kegiatan mentorship RK MENTEE tahun 2016 lalu. Aku kenal dengan Icha karena kami perwakilan dari divisi yang sama saat masih aktif di organisasi AIESEC. Seketika aku mencari tahu apa itu RK MENTEE dan kegiatan seperti apa yang akan dilakukan, namun ternyata agak cukup berbeda karena tahun 2017 ini durasi cukup lama selama 14 hari dibanding tahun lalu yang hanya 5 hari kalau aku tidak salah. Mengusung tema Living The Experience, nantinya para peserta yang terpilih akan benar – benar merasakan secara langsung atmosfer di Rumah Perubahan (institusi penyelenggara kegiatan milik Pak Rhenald Kasali).

Kemudian aku memantapkan diri untuk megikuti prosesi seleksi dan aku diharuskan untuk melengkapi beberapa pertanyaan dan esai. Saat aku mendaftar aku seperti flash back akan kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu tepatnya di tahun 2011 ketika aku masih menjadi mahasiswa baru dan menjadi panitia kegiatan Social Entrepreneurship. Pada saat proses seleksi tersebut aku juga menyebutkan salah satu impianku untuk menjadi seorang Social Entrepreneur. Layaknya ‘connecting the dots’ aku memaknai beberapa kejadian di masa lalu seperti sebuah kompas untuk menuntunku berjalan menapaki masa depan. Hingga pada akhirnya aku mendapat email pemberitahuan bahwa aku lolos di tahap kedua sejumlah 50 peserta dimana kami diharuskan memposting video yang berhubungan dengan biodata diri dan visi misi kami. Saat mengerjakan video tersebut aku cukup banyak dibantu oleh teman seperjunganku dalam menimba ilmu di Pare yakni mb Dinta dan Laras. Setelah proses video selesai dan aku unggah di instagram, aku harap – harap cemas akan hasil selanjutnya dan aku masih ingat dengan jelas tak lama dari itu saat aku baru pulang dari sebuah kegiatan di Surabaya, salah seorang panitia bernama Dinar memberitahu bahwa aku lolos di tahap ketiga yaitu proses interview. Sempat beberapa kali re-schedule jadwal interview dengan panitia baru pada akhirnya hari Senin, 19 Desember 2016 aku mendapat giliranku interview oleh Kak Dinar dan Kak Rifki. Hingga pada akhirnya tanggal 24 Desember 2016, aku diberitahu sahabatku,Iluk, bahwa aku lolos dan menjadi salah satu peserta RK MENTEE di tahun 2017. Buru – buru aku melihat pengumuman tersebut di Instagram dan ada kebahagiaan yang membuncah melihat ada namaku diantara 21 nama lainnya.

Tanggal 7 Januari 2017, aku sampai di Bekasi dan dijemput oleh pamanku karena pukul 18.00 seluruh peserta sudah bisa melakukan check-in untuk kegiatan Living The Experience (LTE). Setelah beristirahat di rumah pamanku, kemudian aku diantar ke Rumah Perubahan dan awalnya aku cukup bingung menemukan letak lokasi karena kita harus memasuki gang yang cukup sempit dan berada di pemukiman padat penduduk namun tenyata setelah aku mengobrol dengan panitia bahwa ada filosofi yang ingin disampaikan agar semangat social entreprenuership itu benar – benar bisa menyentuh langsung warga sekitar. Ketika aku sampai, para peserta yang lain tengah makan malam dan suasana hangat langsung tercipta. Kami saling berkenalan satu sama lain dan aku sangat senang bertemu pemuda inspiratif dari Aceh hingga Papua. Setelah cukup mengobrol kami dipersilahkan untuk beristirahat di penginapan Gedung The Winners.





Keesokan hari pada tanggal 8 Januari 2017 merupakan hari pertama rangkaian acara LTE yang diselenggarkan oleh Rumah Perubahan. Kami dibuat cukup bingung ketika panitia tidak memberikan rundown selama acara.Tetapi kemudian panitia menjelaskan bahwa hal itu memiliki tujuan agar kami para peserta bisa jauh lebih tanggap ketika menerima semua tantangan dan juga pembelajaran selama kegiatan. Beberapa panitia yang merupakan staf Rumah Perubahan maupun RK MENTEE tahun sebelumnya mulai memperkenalkan diri dan mereka adalah Bang TB, Mas Cahya, Mas Yudho, Kak Enje, Kak Hesti, Mas Yudi, Mas Reza, Kak Dinar, Kak Kania, Kak Sekar, Mbak Agnes bahkan penulis buku 30 paspor yakni J.S. Khairen.

Tidak hanya sesi perkenalan dengan panitia, antar peserta pun juga saling mengenal satu sama lain. Dua puluh satu pemuda/i yang tergabung dalam RK MENTEE 2017 tahun ini adalah Vania, Dhyan, Pretty, Natya, Vebby, Qori, Nella, aku, Iqbal, Chafid, hanif, Ilham, Gigih, Andreas, Ergy, Audia, Nasir, Alvian, Fauzi, Sayeed. Namun hari itu masih ada satu peserta yang belum bisa bergabung yakni Noni karena ia sedang dalam perjalanan dari Jepang.

Setelah sesi perkenalan, tak lama kami langsung diajak berkeliling di area Rumah Perubahan dan dikenalkan beberapa unit bisnis yang ada disana seperti Rumah Tempe (pengolahan tempe yang menggunakan air embun dalam proses pengerjaanya dan sangat higienis). Integrated Farming dan juga kegiatan Petualang Cilik. Kemudian, kami diajak ke Gedung Powerhouse (Kantor dari Rumah Perubahan) dan mendapatkan sesi mentoring dengan Prof. Rhenald Kasali. Sesi tersebut menurut saya pribadi sangat membuka wawasan dan menyenangkan karena cara beliau menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan kami terlihat sangat kebapakkan layaknya seorang ayah kepada anak – anaknya namun sama sekali tidak menggurui. Sehabis itu panitia mengumumkan bahwa kami harus melanjutkan sesi Outbond. Ada satu hal unik yang tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya yakni saat di kolam kerbau kami diminta untuk menyelesaikan tantangan yang harus memandikan kerbau. Kalau ditanya rasanya bagaimana awalnya mungkin agak jijik namun lama – lama menjadi biasa karena dilakukan bersama sahabat – sahabat baru di RK MENTEE.


Mengikuti serangkaian kegiatan di Rumah Perubahan membuat kami harus siap dengan berbagai hal baru yang mungkin tidak pernah kita perkirakan sebelumnya seperti saat panitia mengumumkan bahwa kami harus menjalani Urban Outbond di area Jabodetabek. Panitia memberi kami uang sejumlah Rp. 75.000,00 untuk 7 anggota tim dan satu perwakilan panitia. Uang tersebut harus digunakan untuk keperluan makan dan transportasi. Peserta juga dilarang membawa handphone, kamera maupun uang pribadi. Saat menerima tantangan tersebut, kami cukup terkejut dan langsung memutar otak jenis strategi apa yang bisa kami jalankan karena kami dibagi menjadi tiga kelompok. Ada banyak hal positif yang aku dan teman satu tim temui selama perjalanan seperti di tengah hiruk pikuknya kota Bekasi maupun Jakarta ada saja orang yang mau memberi kami tumpangan seperti bapak pengemudi mobil pick-up, montir sebuah bengkel atau ibu – ibu yang kami temui di halte Busway mau meminjamkan kartunya sehingga kami bisa sampai di lokasi. Sesampainya di tempat ternyata sudah ada Yoris Sebastian sebagai salah satu pembicara mennati kedatangan para peserta.


Tidak hanya Yoris, ada banyak pembicara lain yang kemudian juga memberikan kami sudut pandang baru dalam berbagai hal tentang kepemimpinan, aksi cepat tanggap serta kepedulian sosial. 

Sederet nama yang tidak asing seperti Emil Dardak (Bupati Trenggalek), RJ Lino (Mantan Direktur Utama PT. Pelindo II), Haidar Bagir (CEO Mizan),  Suryopratomo (Kepala Pemberitaan METRO TV serta pernah menjabat sebagai Pemred Kompas), Representatif dari PT. Freeport Indonesia datang untuk memberikan inspirasi soal keteladanan bagi kami para peserta. Tidak hanya itu, para peserta juga diajak untuk lebih peka terhadap isu sosial melalui sharing bersama para pelaku Social Entrepreneur dari Kitabisa.com (Alfatih Timur), Dreamdelion (Alia Noor Anoviar), Bank Tani (Masril Koto). Lewat mereka aku semakin sadar bahwa dalam suatu proses menuju perubahan dan keinginan untuk berbuat baik pasti selalu ada hambatan dari orang asing bahkan orang terdekat kita. Tapi semua itu tergantung dari bagaimana kita menyikapi bahwa kita harus menjaga mimpi – mimpi kita bukan hanya dari hal buruk yang kemungkinan terjadi namun hal baik namun bukan prioritas. Aku juga merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan Founder dari Sabang Merauke (Aichiro Suryo Prabowo) dan beliau mengingatkan kami bahwa toleransi itu harus diajarkan sedari dini seperti slogan mereka bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan.








Psst... nantinya di part 2 aku juga akan banyak bercerita tentang hal - hal seru lainnya saat aku mengikuti kegiatan ini dan beberapa hal tersebut seperti: 7 tata nilai kebaikan di Rumah Perubahan dan observasi pada anak - anak di TK PAUD Kutilang, Company Visit, Pengalaman nonton langsung On Air Mata Najwa hingga exclusive dinner with Prof. Rhenald Kasali and Bunda Lisa :)