Tampilkan postingan dengan label Personal Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Personal Story. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 September 2018

Bapak.

9/02/2018 11:20:00 PM 3 Comments
Sepuluh tahun hampir berlalu sejak tanggal 10 November 2008. Pagi itu gue masih ingat akan suasana rumah yang mendadak chaos karena tiba - tiba bapak sudah kesulitan bernapas. Bapak ga pernah bilang kalau beliau ternyata punya sakit jantung dan baru ketahuan setelah dibawa ke rumah sakit untuk terakhir kalinya. Saat itu gue masih makan sarapan pagi bareng sama adek gue. Kebetulan Senin itu gue kebagian masuk sekolah di jam siang bergantian dengan senior - senor gue di SMA karena keadaan sekolah yang sedang di renovasi. Jadi gue bisa ngelihat dengan jelas gimana mama yang tiba - tiba panik dan langsung nyuruh om gue untuk bawa bapak ke rumah sakit. Hati gue mendadak sakit dan gue bingung harus berbuat apa ngeliat bapak yang tiba - tiba kehilangan kesadaran. Akhirnya bapak kemudian dibawa ke rumah sakit dan sempat jatuh dari gendongan om gue di pintu rumah bagian depan. Saat itu firasat gue makin ga enak dan banyak pikiran negatif di kepala yang bersliweran.

Mungkin sekitar 1 jam kemudian mama nelpon ke rumah dan yang ngangkat mbak pembantu. Mbak itu langsung meluk gue dan bilang "Tari, jangan nakal ya. Jagain adek - adeknya". Saat itu gue langsung nangis kejer dan seakan poros dunia terhenti di waktu itu. Ga lama ada tetangga yang denger dan sempat bingung tiba - tiba ada kerusuhana apa di rumah gue karena gue nangis tersedu - sedu. Gue dengan masih terbata - bata pun bilang "Bu, bapaknya Tari udah nggak ada. Tari bakal beda kayak anak - anak lain". Lalu si ibu - ibu tetangga gue itu yang gue lupa siapa namanya langsung ngabarin tetangga yang lain dan 30 menit kemudian gue denger pengumuman di TOA masjid kalau bapak udah ga ada. Kalau ditanya rasanya kayak gimana ya gue bisa bilang saat itu gue kayak ga nginjek tanah dan melayang. Gue juga masih ingat gimana gue menahan tangis pas nyium pipi almarhum sebelum dikafanin. Wajahnya seolah tersenyum biarpun gue lihat bapak sudah terbujur kaku.

Rasanya bangkit dari kehilangan emang ga pernah gampang. Ada masa dimana gue nangis hampir tiap malem sambil pake baju kerja beliau dan nutup diri di kamar biar mama dan adek - adek gue ga tau. Tapi pelan - pelan gue selalu belajar untuk ikhlas melepas kepergian beliau. Gue juga mulai diskusi dan saling menguatkan sama adek - adek gue biar mereka ga ikutan sedih karena gue merasa bertanggung jawab sebagai anak sulung. Meskipun saat ini, alhamdulillah gue udah punya papa sambung lagi yang sama baiknya seperti bapak gue. Sampai sekarang gue ga akan lupa cara almarhum ngedidik gue dulu semasa beliau hidup untuk jadi orang yang peka sama sekitar dengan ikut kegiatan volunteering, kerja keras dan respect sama orang dari latar belakang apapun.

Mungkin dari atas sana, almarhum bapak bisa ngeliat gue yang sedang berjuang untuk merajut mimpi - mimpinya, bahagiain papa sama mama, dan bisa jadi contoh yang baik untuk adek - adek gue.  Ya walaupun kadang gue masih akan tetap cengeng kalau tiba - tiba kangen sama beliau dan hanya bisa kirim doa dari jauh.

Gue kadang kangen momen - momen saat gue masih sekolah dulu diantar jemput sama beliau, makan bakso bareng dan ngobrol selama di jalan. Bapak juga ga pernah capek nanggepin pertanyaan apapun soal hal - hal yang ga gue paham tentang hal - hal yang terjadi di sekitar hidup kita.  Dulu gue juga ga terlalu suka nonton tayangan berita karena menurut gue itu membosankan. Tapi sekarang tiap gue nonton berita di tv atau youtube, gue kadang kangen untuk diskusi bareng sama beliau.

Ah, gue ga sadar kan lagi - lagi mbrebes mili (meneteskan air mata) kalau ingat beliau yang dulu sering ngajak gue jalan - jalan atau main badminton bareng. Makanya gue akan bisa sangat mellow kalau ngeliat anak kecil yang deket banget sama bapaknya. Yang tenang ya pak disana, nanti kalau Tari pulang ke Lampung pasti Tari akan ziarah ke makam bapak :)


Melbourne, 3 September 2018

Sabtu, 09 Desember 2017

Perempuan, Impian dan Beasiswa

12/09/2017 08:42:00 AM 13 Comments
Kita tidak akan pernah tau akan berjenis kelamin apa ketika dilahirkan. Kita hanyalah segumpalan daging yang kemudian ditiupkan ruh menjadi seorang manusia. Terlahir sebagai seorang perempuan dan tumbuh menjadi dewasa kemudian membuatku kerap bertanya – tanya “kodrat” seperti apa yang seharusnya dijalani seorang wanita agar predikat menjadi “wanita seutuhnya” berhak disandang olehku kelak. Aku masih ingat ketika aku kecil dulu, aku tumbuh menjadi seorang anak yang bisa dibilang cukup tomboy. Potongan rambut yang agak pendek bahkan tas sekolah yang lebih banyak bergambar robot daripada barbie. Tapi aku tetap masih lebih senang main masak – masakan dan juga main karet dibanding bermain kelereng atau tamiya. Banyak anak kecil yang bermimpi untuk segera menjadi orang dewasa dan aku salah satunya kala itu. Aku kemudian bertanya – tanya seperti apa ya rasanya menjadi wanita dewasa.

Memasuki awal usia 20 tahun yang kata orang sebagai awal dari perjalanan menjadi orang dewasa telah banyak mengubah pola pikirku. Aku tak ingin impianku hanya menguap begitu saja tanpa sebuah usaha. Aku yang kemudian berhasil menggapai impianku untuk bisa pergi keluar negeri dengan melakukan sebuah misi sosial menjadi seorang teacher volunteer di pinggiran Kota Guangzhou, Mainland of China kemudian menemukan sebuah makna bahwa aku bisa belajar dari sebuah perjalanan.



Jiwa penuh kebebasan dan haus akan tantangan juga membawa langkah kakiku untuk bertualang bersama beberapa orang yang baru aku kenal disana untuk melihat kemegahan Great Wall di Badaling. Atau rasa kegirangan sekaligus takjub untuk menyentuh salju pertama kali di perjalanan pulang dari Temple of Heaven. Tak lupa aku juga senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena sudah diberikan kesempatan untuk menjadi seorang minoritas di negara dengan populasi terbanyak di dunia ini.

Sepulang dari sana ada perasaan gamang akan sebuah proses transformasi besar dalam hidupku. Aku tak ingin lulus cepat namun masih belum mengerti akan jadi apa di kehidupan setelah lulus kelak. "Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa” (Menjadi Tua di Jakarta – Seno Gumira Ajidarma). Oke, aku putuskan mundur kuliah satu semester sambil gabung di kegiatan NGO yang juga jadi turning point untuk rencana lanjut di S2 sehingga aku sudah tahu kemana pijakan kakiku ketika kerabat bertanya aku hendak jadi apa.



Ternyata setelah dijalani, banyak orang yang mencemooh pilihan hidup yang aku ambil. Beberapa karib dekatku bahkan menakut – nakuti aku untuk tidak usah melanjutkan sekolah master karena katanya nanti kalau terlalu pintar lelaki banyak yang tidak mau dan susah cari jodoh. Kalau almarhum bapak masih hidup rasanya ingin aku curhat panjang lebar tentang kekesalanku waktu itu. Namun yang bisa aku lakukan hanyalah duduk di depan makam sambil tersedu – sedu setelah izin “Pak, Tari boleh nangis ya? Tari udah capek dengerin kata orang – orang”. Untung mamaku dengan siaga selalu mendukung pilihanku untuk lanjut sekolah daripada sibuk bertanya minta mantu. Biarpun pernah juga aku berdebat ketika mengutarakan niatku untuk lanjut sekolah di luar negeri.

Kalau dengar cerita mama bagaimana dulu bapak mendukung mama habis – habisan ketika beliau mau lanjut S2, seketika aku menjadi iri sekaligus senang. Betapa beruntungnya mama bisa ketemu bapak dan juga bapak yang dulu bisa dapet kembang desa (ini sih kata mama). Tapi sejenak aku berpikir, udahlah kalau menggerutu atau nangis doang ya gak akan ada solusinya. Setelah banyak pertimbangan, aku minta izin untuk pergi ke Kampung Inggris Pare Kediri untuk belajar sekaligus mengajar disana. Lagi – lagi aku mendengar ada saja orang nyinyirin pilihan hidupku. Katanya disana gajinya kecil lah, jauh banget di desa lah, ngabis – ngabisin duit lah. Hayati lelah kalau dengerin omongan netizen mah.


Setelah banyak bersemedi di Gunung Bromo dan Gunung Kelud (becanda loh ya aku cuman foto – foto doang) akhirnya aku bulatkan tekad untuk medaftar beasiswa aja sepanjang 2017 dan nggak daftar pekerjaan di perusahaan gitu. Beasiswa pertama yang aku coba peruntungannya adalah NZAS (New Zealand ASEAN Scholarship dan hasilnya adalah gagal total bahkan dipanggil wawancara pun enggak. Kemudian coba lagi di AAS (Australia Awards Scholarship) pun hasilnya masih nihil. Aku pun belajar dari kesalahan untuk lebih banyak memperbaiki kualitas essaiku pada saat aku ingin coba beasiswa lagi. Lalu, beasiswa ketiga yang aku coba adalah BPI (Beasiswa Pendidikan Indonesia) dari LPDP. Kali ini aku nggak mau kecolongan lagi, maka aku sampai nyebar essaiku ke kurang lebih 20 orang dan minus kacamataku sampe nambah karena nongkrong depan laptop mulu. Aku meminta berbagai masukan dari para awardee (penerima beasiswa) dan beberapa teman – temanku yang emang jago dalam dunia tulis menulis buat kasih aku kritik dan saran. Alhamdulillah, Allah swt. emang baik banget sama aku karena kali ini aku bisa lolos menjadi penerima beasiswa yang cukup banyak peminatnya ini. Bahkan sebelum aku submit dan selama persiapan LPDP pun aku sampe minta izin mama kalau aku menghabiskan waktu lebaran Idul Fitri di kota kelahiran almarhum bapak di Jogja biar aku bisa ngerasa lebih tenang dan fokus. Untungnya mama kasih izin, jadi aku malah punya cerita baru lebaran tahun 2017 ini yang kalau diingat ya cukup pedih harus pisah sama mama di Lampung.



Menurutku jadi dewasa itu rada njlimet ya. Ketika kumpul keluarga yang ditanya udah nikah apa belum atau kapan mau nyusul tiap ada yang abis punya momongan. Waduh dikira nyari pasangan kayak beli gorengan apa yak. Aku pernah baca gitu tapi dimana ya lupa kalau memilih pasangan hidup itu akan menentukan masa depan nantinya kayak apa. Ya emang sih ga ada pasangan yang sempurna banget gitu. Tapi setidaknya lebih baik cari pasangan yang satu frekuensi deh, biar kalau ngobrol seru dan ga keabisan bahan obrolan. Daripada yang sedari awal trying so hard buat jadi pasangan ala ala #relationshipgoal gitu ternyata hanya kefanaan ala social media aja. Menurutku yang keren adalah ketika kita sudah sama – sama berniat memantaskan diri dan juga saling dukung cita – cita luhur dari pasangan kita. Ga melulu cewek kudu di dapur, kan bisa juga cowok bantu urusan domestik dan nyuapin anak. Dulu bapakku juga ga malu loh nyuapin aku pas masih bocah dan ngajak aku main sama temen – temennya. Ah, jadi kangen kan.



Kamis, 19 Oktober 2017

Pilihan Nekat Menjalani Solo Traveling

10/19/2017 09:43:00 AM 1 Comments
“Life begins at the end of your comfort zone” – Neale Donald Wlasch

Apa yang paling sulit dari melakukan sesuatu? Menurutku itu adalah sebuah momen pertama kita memutuskan untuk memulai. Ya, sama halnya dengan menjalani hidup menjadi seorang solo traveler sebenarnya sudah lama aku pikirkan. Tapi pada saat itu, aku terlalu banyak pemikiran A, B, C dan D yang kemudian hanya sebatas wacana kala itu. Terkadang kita merasa puas atas pencapaian yang sudah pernah kita dapatkan sebelumnya seperti gaji yang cukup, pengalaman mengikuti organisasi semasa kuliah, kegiatan volunteering atau bahkan IPK tinggi (untuk masalah IPK sih aku merasa biasa – biasa saja toh punyaku pun tidak cumlaude haha) sehingga lupa untuk “mengasah diri kembali”. Padahal proses belajar itu harusnya dilakukan seumur hidup di sebuah sekolah yang bernama kehidupan.




Momen terberat yang harus aku hadapi tahun ini adalah tidak pulang ke Lampung untuk merayakan Idul Fitri dan berkumpul bersama keluarga inti. Melainkan aku harus tetap berada di perantauan karena ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan. Kala itu aku memang tengah berada di Yogyakarta untuk waktu yang cukup lama. Berat rasanya berpisah dengan orang - orang terkasih yang biasanya tidak pernah absen di momen hari raya. 

Sejak kecil sebenarnya aku ingin merasakan lebaran di kota yang terkenal akan panganan khasnya berupa bakpia dan gudeg itu yang merupakan kampung halaman dari almarhum bapak. Manusia boleh berencana namun Tuhan yang menentukan. Bapak sudah keburu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa sebelum sempat membawa kami sekeluarga merasakan lebaran di tempat ayahku menghabiskan masa kecil hingga remajanya dulu. Tetapi untungnya, ada sepupuku yang cukup dekat denganku juga akan menghabiskan waktu lebaran di Jogja dan budeku berjanji akan mengenalkanku dengan beberapa saudara jauh kami yang masih tinggal di Jogja. Rasa haru kemudian menyelimuti perjalananku kala itu dimana aku banyak mendengar kisah hidup beliau semasa hidup. 

Tak lama setelah beberapa hari usai lebaran, sepupuku beserta keluarga (pakde, bude, saudara ipar dan keponakanku) kembali ke Lampung. Otomatis, aku kembali "sendirian" dalam melanjutkan perjalanan. Setelah sebelumnya sempat bertemu untuk reuni dengan teman kuliah, aku lalu pergi ke Jombang untuk memulai solo traveling kembali yang juga aku tulis disini . Disana, lagi - lagi aku ketemu orang baik yaitu Vinta, temanku kuliah dulu. Jujur, awalnya ada rasa sungkan tinggal di rumah temanku di Jombang tetapi alhamdulilah ternyata aku disambut hangat oleh keluarganya. (Terima kasih Vinta!)



Bagian terpenting dari perjalanan solo traveling ini adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain yang kemudian juga menuntutku untuk segera cepat beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang baru. Aku pun jadi bisa memahami diriku secara lebih dalam dan berubah menjadi versi lebih baik atas kemauanku. Secara tidak langsung mungkin tanpa kalian sadari, semakin dewasa terkadang lingkungan mendorong atau yang lebih parahnya memaksa kita menjadi pribadi yang bukan seperti kemauan kita. Hal itu tidak lain karena agar kita terlihat "benar" di mata mereka padahal jauh di lubuk hati, kita hanya berusaha untuk menyenangkan orang lain tepat seperti apa yang mereka pikirkan.

Selain itu, aku pun menjadi terbiasa untuk memulai percakapan dengan orang asing. Dulu, aku agak susah untuk melakukan ini karena mungkin sedikit ada rasa sungkan, malu atau bahkan gengsi. Tetapi sekarang semua itu perlahan terasa mudah dan menyenangkan :) Entah ketika aku menyapa seseorang di kereta, bus, gojek atau ibu - ibu penjual warung yang jadi teman ngobrolku. Bersyukur selalu ada orang baik yang aku temui di setiap perjalanan yang tanpa sungkan membantu. Ya semua ini kusadari adalah titik awal kenekatanku untuk berani mendobrak tembok ketakutan "what if" yang selama ini ada di kepalaku. 

Aku pun berterima kasih kepada banyak orang yang kutemui selama perjalanan yang kuanggap seperti sosok guru buatku karena semakin lama aku semakin mengerti bahwa kita tidak boleh terlalu cepat men-judge sesuatu tanpa pernah tau kisah seseorang di balik itu semua.

Rabu, 08 Maret 2017

Si Pemalu dan Tomboy Itu Kini Perlahan Telah Berubah

3/08/2017 02:32:00 AM 1 Comments
Ada begitu banyak fase dalam kehidupan manusia yang kemudian bisa menjadi sebuah momen titik balik dan menyebabkan seseorang ingin melakukan perubahan untuk dirinya. Trauma di masa kecil, penolakan yang terjadi berkali – kali atau tidak memiliki kepercayaan diri bisa jadi salah satu penentu perubahan kehidupan seseorang selanjutnya di masa depan. Bisa jadi semakin baik atau semakin memburuk. Dari beberapa kejadian kurang mengenakkan yang aku sebutkan tadi dan terjadi di masa lalu pun secara tidak sadar perlahan membentuk pribadiku yang sekarang.

I admit that over-thinker is my middle name, it really takes time for me to finally decide to deliver this kind of story in my personal blog. I used to write a diary since elementary school until senior high school because at the time I was really shy to talk to another people about my personal feeling toward everything and afraid to speak up. Moreover, I had a bad experience about trust issue and bullying when I was a child that led me to be an introvert.

I grew up as a child who had less friend and think that school is not a cool place for me to learn a new lesson. Until one day I talked to my parents that I didn’t want to go to kinder garden school anymore. My parents were shocked and angry with my decision. They were trying to convince me but I refused their suggestion because I had a deep trauma about my friend in the pre-school. Practically I didn’t have any graduation certification in pre-school.

Usia anak – anak yang seharusnya penuh dengan keceriaan tidak aku rasakan seutuhnya. Aku kerap menjadi anak yang pemalu dan sungkan dalam menyampaikan pendapatku dalam suatu diskusi Tidak hanya dalam kelompok permainan namun ketika harus kumpul di keluarga besar. Banyak dari saudaraku yang menilai aku pemalu atau bahkan sombong karena aku hanya diam saja ketika sebuah acara tengah berlangsung. Di masa kecil, aku memiliki potongan rambut seperti seorang pria, kadang kerap membuatku tidak percaya diri untuk berteman bahkan banyak dari barang – barang keseharianku yang juga lebih didominasi gambar robot dibanding barbie. Sehingga dalam lingkungan pertemanan pun aku menjadi anak yang biasa – biasa saja dan cenderung menjadi tidak terlihat. Aku berusaha keras untuk belajar giat sehingga orang perlahan – lahan notice keberadaanku. Ada rasa tidak puas yang membuncah ketika aku tidak bisa menjadi proyeksi diriku terhadap ekspektasi yang aku ciptakan. Hasilnya adalah aku menjadi penuh rasa yang tidak percaya diri dan menjadi lebih pendiam.

Hal ini terus berlangsung hingga aku memasuki jenjang sekolah menengah pertama. Aku cukup bersyukur ketika diterima di salah satu sekolah favorit di kota Bandar Lampung. Berada di lingkungan yang sangat superior terkadang bisa menjadi hal yang baik namun tidak menurut pandanganku kala itu. Aku merasa sangat tertinggal dibanding teman – temanku yang lain. Apalagi untuk pelajaran eksakta yang seakan menjadi momok buatku, tapi hal itu tidak lantas membuatku patah semangat, aku yang menyadari bahwa aku punya bnayak kelemahan di bidang pelajaran itu akhirnya mengikuti berbagai macam les mulai dari les matematika, fisika dan kimia. Aku juga tidak terlalu aktif dalam kegiatan di sekolah dan aku hanya mengikuti ekskul teater.

Ketika aku kemudian melanjutkan ke pendidikan sekolah menengah atas, aku coba mendaftar di SMA favorit urutan pertama namun hasilnya kala itu aku tidak terima dan masuk di sekolah lain yang juga masih dalam lima besar di kotaku. Pada saat menjalani masa orientasi siswa, aku kerap merasa asing dengan teman – teman di sekolah tersebut yang baru aku temui karena hanya ada 7 siswa dari sekolahku sebelumnya yang diterima di sekolah ini. Aku sempat bilang pada orang tuaku jika aku berkeinginan untuk pindah sekola karena aku tidak nyaman. Namun ternyata aku salah, justru di masa SMA itu kepribadianku mulai dibentuk. Aku yang tadinya sangat pemalu kemudian mulai mempunyai banyak teman di saat SMA. Malah aku mendapat sahabat - sahabat baik yang masih tetap berkomunikasi sampai saat ini dan menjadi bagian kisah warna - warni masa putih abu - abu. Bahkan lewat sahabatku, aku pun mengetahui bahwa ada program penyiaran untuk siswa sekolah menengah atas yang diselenggarakan oleh Radio RRI Pro 2 FM Lampung. Aku sebenarnya sempat memiliki obsesi menjadi penyiar dan sering pura – pura mempratekkan hal tersebut di depan kaca. Namun aku agak ragu – ragu ketika sahabatku mengajak untuk mendaftar tapi akhirnya aku memberanikan diri dan meyakinkan diriku untuk paling tidak mencobanya.

Hari audisi pun tiba, aku cukup deg – degan karena itu pertama kalinya aku mengikuti semacem audisi atau kompetisi seperti itu. Keringat dingin dan jantung yang berdugup kencang menemani langkahku kala itu. Lalu kita diminta untuk melakukan voice layaknya seorang penyiar yang ingin memulai program. Sebelum audisi tersebut, aku berkali – kali latihan dengan merekam suaraku via handphone di rumah. Selanjutnya pada sesi unjuk bakat aku menunjukkan kebolehan dalam membaca puisi dan juga akting yang aku pelajari ketika aku belajar teater pada saat SMP dulu. Lalu sore hari nya pun pengumuman dan alhamduillah aku dinyatakan lolos dan menyandang nama udara STAA untuk masa tugas selama satu tahun menjadi penyiar Program Sore Ceria.



Aku tidak pernah menyangka bahwa pengalamanku mempelajari ilmu broadcasting bisa membuat aku menjadi lebih luwes dalam berbicara. Aku jadi lebih berani untuk memulai obrolan dengan orang – orang yang aku temui. Namun aku juga sempat tidak diperbolehkan terlalu aktif dengan kegiatanku menjadi penyiar karena aku sudah naik kelas tiga saat itu tetapi aku meyakinkan orang tuaku bahwa aku juga mempelajari sesuatu dari kegiatan tersebut.

Hingga akhirnya aku melanjutkan kuliah di kota Semarang dan cukup aktif di berbagai organisasi yang kemudian juga membuatku lebih berani dalam mengutarakan pendapat serta beberapa kali diminta untuk menjadi MC. Aku tidak pernah memikirkan bahwa aku bahkan bisa mendapatkan penghasilan dari melakukan hal tersebut karena aku cukup senang ketika bisa turut andil dalam sebuah acara. Berbicara tentang penampilan sebenarnya dalam keseharian, aku lebih suka memakai kemeja flannel, kaos, jacket, jeans dan sneakers. Tetapi ada kalanya aku juga  mempunya beberapa baju yang sedikit agak lebih feminin dan mulai belajar dandan! Hehe 

Aku bukan tipe orang yang menyukai memakai make up dalam keseharian sebenarnya bahkan untuk memakai eyeliner dan lipstick saja terkadang masih tidak terlalu rapih but at least I tried for the better me hahahha toh juga ketika kita berpakaian rapih dan bersolek sedikit itu juga buat kebaikan kita. Lucunya, aku juga pernah menjadi bagian dari Hijabku Models Academy Semarang namun bukan sebagai modelnya tapi mendapat kesempatan sebagai Public Relation.





It’s funny sometimes to look back with the past and realize that everything has changed. I also say thank to those who ever did bad things like a bullying. I was an underdog and people often underestimate me. But I prove to them that it was wrong. As the time went by, I consider that I’m not in the race and do battle with someone else, but I fight my own insecurity, fears, doubts, self-esteem and anger.  I thank to the people in the past who ever put me in difficult situation so now I could unleash my potentials :)

Selasa, 21 Februari 2017

Every dark cloud has a silver lining

2/21/2017 01:24:00 AM 1 Comments
Tak ada yang harus kita sesali
Semua indah yang pernah kita alami
Meskipun terbatas dan tak mungkin
Terikat janji abadi

Aku, dirimu, dirinya
Tak akan pernah mengerti tentang suratan
Aku, dirimu, dirinya
Tak resah bila sadari
Cinta tak kan salah

Andai waktu bisa kita putar kembali
Jalanin cerita mungkin tak begini.......

Bait penggalan lagu dari salah satu musisi favoritku di atas menggambarkan perasaanku saat ini. Jika saja waktu bisa diulang mungkin aku ingin menghilangkan satu memori masa mudaku ketika aku tengah duduk di bangku sekolah menengah atas dan saat itu aku pun merasakan apa yang dibilang orang – orang perasaan jatuh cinta atau hanya sekedar cinta monyet.

Ingatanku kembali ke masa putih abu – abu dengan salah satu sosok pria yang kemudian sempat mampir mengisi hari – hariku selama kurang lebih beberapa tahun lamanya. Banyak cerita manis dan pahit selama masa kami berpacaran sampai akhirnya dia sempat mengutarakan bahwa cukup keberatan baginya kalo kami harus mengalami masa pacaran jarak jauh. Sebenarnya bagiku pribadi, pacaran jarak jauh bukanlah suatu masalah karena bagiku yang paling penting adalah kepercayaan dari masing – masing orang. Hubungan yang kuat adalah bukan hubungan yang mengharuskan dua insan untuk saling menghabiskan waktu setiap saat bersama namun bagaimana sebuah hubungan itu menjadi pembelajaran untuk tiap individunya, yakni  belajar untuk mau menerima persamaan atau perbedaan dan berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik.


Break Up Illustration Tumblr

Putus adalah kata yang kemudian terucap ketika akhirnya kami sama – sama telah mencoba untuk mengusahakan hubungan yang ada namun harus aku akui pada akhirnya bahwa keputusan berpisah adalah yang terbaik. Pada saat itu aku yang harus melanjutkan studi sarjanaku di kota Semarang sementara dia berada di Lampung sempat mencoba untuk menjalani LDR namun justru semakin banyak konflik. Selama proses hubungan tersebut dia berubah menjadi sosok yang posesif dan tanpa sadar membuatku kemudian mengalami titik jenuh. Hingga setelah berpisah dan beberapa tahun kemudian aku akhirnya bertemu pria lain di Semarang dan dia pun bertemu wanita lain. Kami sepakat untuk sama – sama melanjutkan hidup masing – masing dan tidak mengusik satu sama lainnya. Lama aku tidak mendengar kabar tentangnya karena aku pun tak pernah berusaha mencari tahu keberadaannya sampai aku mendengar kabar kalau dia akan menikah dengan seorang wanita.

Saat ini aku sudah tak memiliki perasaan lebih kepadanya. Sebab bagiku ketika aku sudah benar – benar putus hubungan cinta dengan seseorang, ya aku sudah harus menutup sebuah buku dan tidak ingin terlibat kembali kedua kalinya dalam hubungan yang sama. Namun, aku pun hanyalah manusia biasa yang saat ini tidak sedang mengalami amnesia dan ada perasaan DEG sesaat. Aku berusaha untuk bangkit dan melawan perasaan sedih yang bisa membuatku terpuruk. Sebenarnya bukan baru kali ini aku ditinggal nikah oleh mantanku tetapi kejadian seperti ini telah terjadi untuk kedua kalinya. Jadi aku sudah bisa mengantisipasi perasaan seperti ini. Setelah menarik napas panjang – panjang dan memejamkan mata, aku berdoa dalam hati semoga pernikahan mereka kelak selalu bahagia dan juga menjadi pernikahan yang selalu dirahmati oleh Allah swt.

Aku berpikir bahwa memang benar kata sebuah pepatah terkadang Tuhan hanya mempertemukan bukan mempersatukan. Aku pun berdoa dalam hati semoga aku selalu bisa menjadi wanita yang tegar dan sabar. Aku kemudian bersyukur Allah swt kembali memberikan pengalaman seperti ini karena aku jadi mengetahui siapa yang benar – benar ada di saat aku dalam keadaan seperti ini. Aku pun saat ini tengah disibukkan dengan program magang yang tengah aku jalani di salah satu SD di Kabupaten Pringsewu, Lampung dan juga kembali aktif di komunitas pecinta buku yang dulu sempat aku rintis semasa kuliah jadi tidak ada alasan bagiku untuk galau berlarut – larut dan mengurung diri.

Piknik Buku Project



 


Every cloud has a silver lining. Ya dibalik awan hitam dan menggulung akan selalu ada cerah yang menanti. Tidak perlu berlama – lama untuk meratapi kesedihan, aku lebih memilih untuk mencari kesibukan yang nantinya akan membuat diriku lupa akan masalah hati. Aku juga bersyukur dikelilingi lingkungan yang sangat positif sehingga mendorongku untuk selalu bersemangat mengejar cita – cita untuk bisa melanjutkan sekolah lagi. Aku sadar diri ini masih butuh banyak belajar sehingga aku ingin lebih memperbaiki kualitas diri sehingga aku berharap aku bisa lebih banyak berguna untuk orang lain. Orang selalu bilang ketika kita sudah bersiap melakukan suatu perubahan dalam hal baik akan ada sesorang di luar sana juga yang tengah melakukan hal yang sama. Yup, there will be someone out there do the same like I did. Sehingga nantinya ketika Tuhan mengirimkan jodoh terbaik untukku, aku sudah siap dan jauh lebih dewasa dari yang sebelumnya. Mungkin seperti 'Jodoh idealisme' yang nantinya bisa bertukar pandangan dan memiliki visi serta tujuan yang sama hingga nantinya kami sama sama bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Karena bagiku pada akhirnya, hidup bukanlah sebuah kompetisi dalam hal siapa paling cepat untuk menikah, kaya atau mempunyai anak namun merupakan bagian proses panjang pendewasaan diri. Seperti kata Monita Tahalea dalam lagunya aku kutip disini:

Aku melangkah pergi dan ku kan memulai kembali :)
                                                                                               
Lampung, 21 Februari 2017. 16.25 pm.


                                                                                                

Minggu, 01 Januari 2017

Redefining Yourself

1/01/2017 06:35:00 AM 1 Comments
Belakangan ini di pergantian hari menuju tahun 2017, aku kerap berpikir bahwa apa yang terjadi selama 2016 telah banyak mengubah cara pandangku terhadap suatu kejadian yang hadir dalam hidupku. Tulisan ini tepat kutulis di  hari pertama dalam tahun 2017 dan aku berada di rumah berkumpul bersama keluarga setelah selama beberapa tahun terakhir aku hidup sebagai anak rantau dan menghabiskan malam pergantian tahun dengan teman – teman serta memiliki kesempatan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Ada banyak sekali kejadian sakral yang terjadi sepanjang tahun 2016 kemarin yang kemudian aku syukuri karena aku berhasil melewatinya dengan baik. Dimulai dari resolusi sederhana yang aku lakukan untuk bisa menghilangkan sifat pelupa yang ada pada diriku, aku memaksa diriku untuk menuliskan jurnal harian kegiatan pribadiku per tanggal 1 Januari – 31 Desember 2016. Hasilnya aku banyak meng-capture keseharianku dan juga menentukan urgensi dari suatu urusan. Lalu kemudian, aku melihat diriku yang mulai menerima arti sebuah kegagalan tapi kemudian bangkit untuk menyelesaikan sesuatu yang telah kita mulai. Aku cukup sedih ketika masa kuliahku tidak dapat aku selesaikan tepat di tahun ke-4 namun harus mundur menjadi 4,5 tahun. Alhamdulillah aku telah menyelesaikan salah satu kewajiban dalam hidup menjadi seorang sarjana. Disamping itu semua, aku belajar memahami diriku sendiri bahwa selama rentang waktu itu aku bisa mendapatkan pengalaman berharga untuk bisa berbagi di komunitas sosial Pemuda Gemilang dan menjadi Public Relation di event Pemilihan Putri Hijabku Jawa Tengah. Kedua kegiatan tersebut banyak mendapat tanggapan positif dari masyarakat yang kemudian membuatku banyak bertemu orang baru. Hinnga pada akhirnya aku wisuda pun aku merasa itu adalah waktu yang tepat mengakhiri masa kuliahku.






Selanjutnya hal positif yang aku syukuri selama tahun 2016 adalah pengalaman menjadi pembicara di salah satu SMA di kota Semarang dan juga Fakultas Hukum Universitas Diponegoro sharing tentang pengalamanku dalam memulai usaha di Event Organizer Semarang Party. Aku memutar ingatan kembali ketika menjadi mahasiswi baru di jurusan Sastra Inggris aku melihat salah satu seniorku mengisi sesi perkenalan mahasiswa baru dengan cerita inspiratifnya saat itu aku bergumam dalam hati bahwa mungkin akan sangat menyenangkan bila aku bisa seperti mereka membagikan pengalaman dan berdiri di depan podium. Impian itu terus terpatri dalam hatiku karena pada saat kecil dulu aku tumbuh menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri tapi aku percaya bahwa suatu saat aku akan bisa berbagi kisah, cita – cita dan mimpi sepanjang hidupku untuk teman – teman yang lain.





Selain cerita manis pahitnya meraih cita – cita, masa perkuliahan tidak akan lengkap rasanya tanpa ada bumbu percintaan. Kisah aku dan salah seorang teman baik yang akhirnya menjadi mantan pacar telah aku alami tapi hal itu tidak kemudian membuat hubungan kami sebagi teman renggang malah aku bersyukur bahwa akhirnya ia telah menikah dan kelak menjadi seorang ayah. Tak lama dari itu aku sempat bertemu seseorang yang kemudian membuat aku tertarik dari segi obrolan dan visi di masa depan tapi ada baiknya untuk sekarang kami sama – sama berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tetap berada di koridor ‘pertemanan’ tanpa anda intensi untuk memulai hubungan yang serius. Tidak ada hubungan yang lebih indah ketika dua orang insan saling berproses mencari ridho-Nya.

Untuk masalah pertemanan, aku merasa sangat bersyukur banyak dikelilingi orang – orang dengan aura positif dan membangun karakterku. Seseorang pernah bilang bahwa semakin bertambahnya usia lingkungan pertemanan kita akan luas namun kualitas pertemanan adah sebaliknya. Dari berbagi kejadian yang terjadi, aku seperti diberikan sinyal untuk menilai mana teman yang benar – benar tulus ada di saat momen – momen kejatuhan maupun teman yang hanya ada di masa bahagia. Sampai kemudian dua hari setelah ulang tahunku, aku mendapat kabar duka bahwa salah satu sahabat terbaikku harus duluan menghadap yang maha kuasa di usianya yang masih sangat muda.
Setahun kemarin telah banyak memberi arti bahwa boleh jadi aku memasang target namun kuasa tetap di tangan Allah swt. Atau hal lainnya bahwa mungkin sesuatu yang kita inginkan tidak selalu baik namun akan diganti oleh yang lebih kita butuhkan. Aku berharap bahwa di tahun 2017 aku bisa selalu berpikiran positif dan selalu berusaha untuk mencapai cita – cita serta berguna untuk orang – orang di sekitarku. Selama setahun kemarin aku mengevaluasi diri agar menjadi pribadi yang lebih tangguh dalam mengejar mimpi - mimpi :)



Sabtu, 11 Juni 2016

Piknik Buku: Sharing your thought in a different way!

6/11/2016 07:01:00 AM 0 Comments
Ada banyak cara untuk membuat orang bahagia, bisa jadi mendengarkan musik, membaca buku, pergi piknik, bercengkrama dengan teman, atau membeli baju baru. Aktivitas manakah yang jadi pilihan kalian ketika jenuh? Trus bagaimana seandainya ide pergi piknik sambil membahas review sebuah buku? Keliatan menarik atau malah membosankan bagi kalian? hahaha kalau ini sih versi ceritaku sambil piknik, nambah ilmu dan liat yang seger - seger :D

Piknik Buku :D

Ide untuk membuat kegiatan “Piknik Buku” awalnya diawali dari kegiatan iseng antara aku, Iluk dan Ratna. Kami bertiga kenal satu sama lain walaupun berbeda jurusan di bangku kuliah karena kami mengikuti organisasi yang sama. Berawal dari chatting di aplikasi LINE, akhirnya kami bertiga sepakat untuk mengadakan piknik, bertukar cerita dan pikiran serta sharing tentang resensi buku yang sudah maupun sedang kami baca akhir – akhir ini. 
Di tengah – tengah kesibukan, kami menyempatkan untuk bertemu untuk melakukan kegiatan piknik buku ini yang sudah berjalan yang ke lima kalinya dari akhir 2014 lalu. Dan yang lebih seru anggota kami pun akhirnya bertambah yaitu Yuli dan Rifi :3

Sabtu, 21 Mei 2016 kami sepakat untuk memulai kegiatan piknik buku. Yang serunya ada beberapa rules sebelum sesi sharing sesama anggota (walaupun baru ada 5 orang sih haha). Jadi untuk rulesnya sendiri kurang lebih begini:
  •  Masing – masing anggota wajib share tentang buku/artikel yang dibaca dalam kurun waktu seminggu terakhir. Minimal seenggaknya satu buku dan maksimal tiga buku, hal ini biar memberi kesempatan untuk anggota yang lain juga share.
  • Wajib bawa makanan dan minuman sebagai cemilan. Tetep ya mulut tetep harus ngunyah :p
  • Take picture! Hahaha ini sih lebih ke dokumentasi dan sarana narsis aja sih cuman objektifnya bukan hanya sekedar foto - foto doang but more than that . Setelah ngambil foto – foto selama beberapa menit, semua handphone harus dikumpulin biar esensi sharingnya lebih dapet <3
  • Setelah itu baru bisa mulai bahas review buku apa yang dibaca dan saling tuker – tuker buku abis itu.
  • Update kehidupan tentang rencana – rencana kedepannya dan berusaha untuk kurangin ngegosipin orang biar mencoba hidup lebih positif aja hihihi





Setelah dimulai dengan doa biar lancar (asik!) mulai deh masing – masing dari kita share tentang buku bacaan masing – masing, dimulai dari aku yang share tentang buku Practical Genius by Gina Amaro Rudan yang membahas bahwa sebenarnya genius itu bukan cuman soal genetika aja tapi ada juga tipe genius yang memang diusahakan oleh masing - masing individu atau dilatih seperti Copenicus, Plato atau Aristotles. Di sisi lain genius yang memang talenta dari Tuhan itu seperti Mozart maupun Einstein. Intinya adalah bagaimana kita bisa meneyelaraskan pikiran antara soft assets (passion, creativity and values) maupun hard assets (skills, strength and expertise) untuk benar benar menikmati hidup dan meraih visi kita. Lalu Ratna yang share tentang A World Without Islam by Graham E. Fuller yang ngebahas dari sisi objektif seorang jurnalis di Amerika dan buku yang seprtinya ‘anak ekonomi’ banget kalo kata Ratna yaitu Think Like A Freak by Steven D. Levitt, Stephen J. DubnerSelanjutnya ada Yuli yang membahas tentang buku Udah Putusin Aja by ust. Felix Siauw dari seorang ustad yang cukup kontroversial. Selanjutnya giliran Iluk yang sharing buku Dream Catcher by Alanda Kariza tentang bagaimana kita sebagai anak muda untuk selalu memberanikan diri bermimpi dan meraih satu persatu impian kita, dan kemudian Rifi sebagai penutup membahas buku Like the Moon and the Sun by Stanley Harsha seorang diplomat Amerika senior di Indonesia yang mebahas keberagaman tentang budaya, agama dan kultur di Indonesia dilanjutkan dengan buku Stormy With A Chance Of Fried Rice by Pat Walsh yang mebahas perspektif penulis menjalani kehidupannya selama di Jakarta dan bersentuhan langsung dengan ‘orang bawah’ seperti pedagang nasi goreng grobak di ibukota.


Namun ada hal unik yang terjadi di piknik buku kelima kemarin, langit Semarang yang awalnya cerah kemudian mendadak mendung ketika kita baru selesai setting untuk memulai piknik, lalu kami pun berteduh di pos satpam tak jauh dari situ dan sempat dimarahi petugasnya (hiks) dan disuruh untuk pergi dari pos tersebut, untung saja hujan sudah mulai reda. Lalu kami melanjutkan penataan kegiatan piknik dan ga jauh dari kami ada beberapa orang yang sedang main bola. Sempet minta tolong mas – mas terserbut untuk mengambil foto namun ga lama mereka juga ikut duduk ga jauh dari kami. Eh tapi ga lama bikin keselnya, ujung – ujungnya masnya minta kontak, ngajak kenalan yang agak kurang sopan dan nama social media nya apa (haduh tetep ae modus ye mas -____- ), karena kami agak takut jadi kita kasih aja instagram dari @piknikbuku hahaha 

Seru banget walaupun sempet kehujanan dan ada kejadian kurang enak sehabis itu tapi ngerasa bermanfaat banget dapet ilmu baru dan bisa refresh otak lagi. Nantikan cerita selanjutnya yah! :)







Jumat, 11 Desember 2015

Kenangan yang ingin kau pilih

12/11/2015 08:08:00 AM 0 Comments


Berbicara tentang kenangan itu sama seperti berjalan jauh ke depan namun ketika bahu kita ditepuk oleh seseorang dengan serta merta kita menoleh dan tersadar ada banyak sekali hal yang sudah kita lewatkan. Bentuknya pun tak melulu akan kesedihan atau penderitaan bak membaca novel - novel tragedi yang mengharu biru. Pada satu chapter kehidupan kita pun banyak kenangan manis yang mampir dan kemudian membuat kita tersenyum. Kenangan yang kemudian menguatkan pikiran dan penuh emosi seolah menyedot kita untuk mengulang di masa lampau.

Dari kenangan kita belajar untuk selalu menghargai apapun yang dititipkan Tuhan oleh kita. 7 Milyar lebih spesies manusia di dunia ini namun ada satu hal yang sama yakni kita sama - sama memiliki yakni waktu. Dengan takaran yang sama 86.400 detik, namun waktu memiliki value yang berbeda bagi setiap orang. Contohnya adalah bagaimana satu detik orang yang tengah kesulitan bernapas akan berbeda dengan satu detik bagi sebuah pasangan sedang berciuman atau satu detik seseorang yang tengah mengikuti lomba lari marathon akan sangat berbeda dengan waktu satu detik seseorang yang tengah tertawa riang di sebuah arisan.

Dari detik yang kemudian berganti menit lalu jam berganti hari, minggu, bulan dan tahun setiap orang diberi kesempatan untuk menciptakan kenangannya masing - masing. Pertanyaannya adalah manakah yang lebih ingin kau kenang? Kenangan manis yang bisa menguatkanmu atau kenangan pahit yang kemudian membelenggu dan menyebabkan engkau menderita? 



Senin, 07 Desember 2015

The Perks of Being Party Planner

12/07/2015 11:28:00 PM 1 Comments
Sebenarnya sudah cukup lama aku memiliki angan - angan untuk memulai sebuah usaha saat sedang menjadi mahasiswa. Namun terkadang hanya sekedar wacana dan akhirnya baru di bulan Oktober 2014 kami akhirnya bener - bener merintis usaha ini. Setelah melalui perdebatan panjang dalam pemilihan nama kami sepakat memberi nama Semarang Party Planner. Nah, kemudian disini aku ingin sedikit bercerita bagaimana usaha di ranah party planner ini sedikit banyak mengalami suka duka bagi kami bertiga (Aku, Monti, dan Debby). Namun setahun kemudian di bulan Oktober 2015 alhamdulillah teman kami Garda dan Gema bergabung di ranah fotografi dan video! :D

1. Gaji Pertama sejumlah Rp 15.000
Yep! Siapa sangka kalau ternyata penghasilan pertama yang aku hasilkan hanya sebesar Rp 15.000,00 dan yasudah langsung digunakan untuk makan malam hehehe Tapi ada satu perasaan yang ga bisa dijelaskan ketika puas melihat customer happy dengan hasil dekor dari semarang party.




2. Begadang demi hasil dekor yang maksimal
Sebenernya sih kegiatan begadang itu udah melekat sama keseharian sebagai mahasiswa dan emang udah umum juga sih. Tapi entah kenapa pada saat jam biologis yang seharusnya digunakan untuk beristrirahat dan kami terkadang baru menemukan ide buat konsep atau bahkan finishing cake dan desain.

3. Gadis pembawa balon
Semua orang sepertinya memang menyukai balon karena itu seperti simbol kecerian tersendiri. Sama halnya seperti yang aku rasakan ketika membawa puluhan bahkan ratusan balon sebagai salah satu atribut penting dalam perayaan pesta. Lewat balon itu pula aku memperolah rezeki dan juga bisa menyenangkan orang lain.




4. Totalitas tanpa batas
Salah satu hal yang aku pelajari di usaha ini adalah agar kita selalu berusaha memberikan hasil terbaik yang diinginkan oleh customer sesuai dengan konsep dan apa yang mereka inginkan. Kami selalu ingin memberikan hasil akhir yang sesuai dengan ekpektasi sehingga mereka selalu puas akan hasil dari dekorasi kami :))




Pernah juga ada kejadian unik di salah satu perayaan ulang tahun ke 17 salah satu customer kami, dia meminta agar di perayaan ulangtahunnya dihadirkan guest star salah satu entertainer hits di Semarang yaitu Tamara ! Waduh hal ini bener - bener jadi semacam challenge juga nih buat kami memenuhi ekspektasi dari customer itu.Akhirnya berangkatlah kami muter - muter area Simpang Lima - Pahlawan dan sekitar Taman KB tapi hasilnya nihil. Itu kami lakukan selama dua malam.

Sempet bingung dan sudah tanya sana sini kontaknya eh tapi akhirnya gayung bersambut juga, jadi waktu itu aku lagi makan di daerah Tembalang dan ada Jeng Tamara lewat, yasudah aku langsung minta kontaknya dan atur waktu ketemuan buat jadi special guest star. Bahkan aku masih punya no hp nya Jeng Tamara lhooo kalau kalian butuh info soal dia! hehehe


The one and only 'Jeng Tamara' !

5. Nambah networking
Hal yang selama ini aku suka banget dari pekerjaan ini adalah ketemu orang dari berbagai macam latar belakang yang bener - bener bikin kita harus bisa menempatkan diri. Dimulai dari abang - abang balon, penjual bunga, manager hotel,waiter/ waitress cafe, photobooth crew, customer dari anak SMA sampe keluarga. Super seneng bisa belajar banyak dari mereka dan berbagai pengalamannya ! <3

6. Team Katakan Cinta
Wah aku pun ga kebayang bisa jadi conceptor event dan sekaligus jadi agen katakan cinta buat ngebantuin beberapa customerku. Kalau biasanya cuman mempersiapkan dekorasi aja tapi beberapa kejadian kita juga dituntut jadi perti konsultan buat mereka hehehe  Ceritanya waktu itu ada customerku yang pengin menyatakan cintanya ke calon pacarnya dan pastinya kita menyiapkan konsep biar romantis gitu dan alhamdulillah diterima. Tapi ada juga di lain kesempatan, ternyata customer kita ditolak huhu kan jadi ikutan sedih :(

Nah itu sih beberapa keseruan yang aku dan teman - teman jalanin sebagai party planner di usaha yang lagi kita rintis. Doakan ya semoga tetep bisa menebar kebahagian buat semua customer kita!

Buat yang butuh insipirasi  atau membutuhkan jasa dekorasi bisa lho menengok di akun instagram kami :
IG : semarangparty
Line : semarangparty_








Kamis, 28 Februari 2013

Unpredictable

2/28/2013 11:50:00 PM 0 Comments
Helo world? How's life? Is that everything okay? Well, this is my first post in 2013 hahaha
With this post, I want  to share my story in the beginning of the year which was happen in January - February. Hope you can get a learning from it :)

I entered this year without made a strict  plan and resolution to take a step for  the future, in my mind I predict that everything will seems like a water , no planning and just go with the flow. Then, I realize that it's not good for me in shaping my personality into good way and achieve my dream. Since I ever joined in a project and work with timeline, planning and clearly job desc, made me think to be more focus to decided anything . I thought it should be continue in my life.

At the first, I tried not being in hurry when decide something, So for implemented my idea, I tried to find a suitable date for me come back to my hometown. At the moment, I wouldn't join a short semester because I think I still had a lot of time.

I made a deal with one of the travel agent and booked 10 February went to Jakarta by train and 11 February went to Lampung by plane. I also contact my friends to join with me.

In the middle of my decision, someone told me better to take short semester. Then I got confused to choose come back home or stay to take a short college. I discussed with my parents, they advised to take short semester, either my friend. But, I had booked my ticket :(

In that chaos situation, suddenly a massive flood came to Jakarta and made the transportation stuck in everything. I didn't know, maybe this was a sign to keep stay in Semarang. The flood no longer happened, and I missed my hometown so much. So I wanted to skip one week in short semester and follow my first decision.
















Finally, I could  made an escape to relax my mind during my short semester and took a holiday . But, you know what, an unpredictable things came again to me. In the end of January, Batavia Air, an airplane that we choose from Jakarta to Lampung, were going to bankrupt. The airplane stopped the operation start from 31 January. While my flight were in the 11 February. I felt shocked and didn't know what will I do in the next :(








I told my parents about that, and they were so sad. So I decided not back in Lampung during holiday and focus in my short semester even they asked me to come to Lampung in the end of February.. But, I don't want to fussing them by give my extra money again.





From this story, I learn we need to make an accuracy planning yet must be more flexible. Even, the money didn't comeback and lost a lot of money, I tried to be more sincere for this condition and believe everything happened for a reason. God never sleep and every dark clouds has a good silver lining :)



Sources :

http://www.guardian.co.uk/world/2013/feb/05/jakarta-floods-rising-sea-levels
http://bigstory.ap.org/article/indonesian-court-declares-batavia-air-bankrupt