Kisah 14 Hari Untuk Selamanya dalam RK MENTEE 2017 (Part 1)
Destari P. Pertiwi
1/29/2017 09:35:00 AM
2 Comments
Kali ini aku ingin
berbagi suatu kisah 14 hari dalam suatu fase kehidupanku yang entah bagaimana
ceritanya sedikit banyak mengubah cara pandangku akan kehidupan di masa kini
dan masa depan kelak. Aku tak ingin menggurui atau telihat sok tahu namun hanya
ingin menceritakan satu cerita manis bersama 20 pemuda/i lainnya dalam kegiatan
mentorship RK MENTEE 2017.
Saat aku sedang di Pare aku melihat
salah satu temanku yang bernama Annisa Yuditiani yang tengah melanjutkan
program master di Inggris men-share
tentang kegiatan mentorship oleh Prof. Rhenald Kasali. Icha (panggilan
akrabnya) adalah salah satu peserta kegiatan mentorship RK MENTEE tahun 2016
lalu. Aku kenal dengan Icha karena kami perwakilan dari divisi yang sama saat
masih aktif di organisasi AIESEC. Seketika aku mencari tahu apa itu RK MENTEE
dan kegiatan seperti apa yang akan dilakukan, namun ternyata agak cukup berbeda
karena tahun 2017 ini durasi cukup lama selama 14 hari dibanding tahun lalu
yang hanya 5 hari kalau aku tidak salah. Mengusung tema Living The Experience, nantinya para peserta yang terpilih akan
benar – benar merasakan secara langsung atmosfer di Rumah Perubahan (institusi
penyelenggara kegiatan milik Pak Rhenald Kasali).
Kemudian aku memantapkan
diri untuk megikuti prosesi seleksi dan aku diharuskan untuk melengkapi
beberapa pertanyaan dan esai. Saat aku mendaftar aku seperti flash back akan kejadian yang terjadi
beberapa tahun lalu tepatnya di tahun 2011 ketika aku masih menjadi mahasiswa
baru dan menjadi panitia kegiatan Social
Entrepreneurship. Pada saat proses seleksi tersebut aku juga menyebutkan salah
satu impianku untuk menjadi seorang Social
Entrepreneur. Layaknya ‘connecting
the dots’ aku memaknai beberapa kejadian di masa lalu seperti sebuah kompas
untuk menuntunku berjalan menapaki masa depan. Hingga pada akhirnya aku
mendapat email pemberitahuan bahwa aku lolos di tahap kedua sejumlah 50 peserta
dimana kami diharuskan memposting video yang berhubungan dengan biodata diri
dan visi misi kami. Saat mengerjakan video tersebut aku cukup banyak dibantu
oleh teman seperjunganku dalam menimba ilmu di Pare yakni mb Dinta dan Laras. Setelah
proses video selesai dan aku unggah di instagram, aku harap – harap cemas akan
hasil selanjutnya dan aku masih ingat dengan jelas tak lama dari itu saat aku
baru pulang dari sebuah kegiatan di Surabaya, salah seorang panitia bernama
Dinar memberitahu bahwa aku lolos di tahap ketiga yaitu proses interview.
Sempat beberapa kali re-schedule jadwal interview dengan panitia baru pada
akhirnya hari Senin, 19 Desember 2016 aku mendapat giliranku interview oleh Kak
Dinar dan Kak Rifki. Hingga pada akhirnya tanggal 24 Desember 2016, aku
diberitahu sahabatku,Iluk, bahwa aku lolos dan menjadi salah satu peserta RK
MENTEE di tahun 2017. Buru – buru aku melihat pengumuman tersebut di Instagram
dan ada kebahagiaan yang membuncah melihat ada namaku diantara 21 nama lainnya.
Tanggal 7 Januari 2017, aku sampai di Bekasi dan dijemput oleh pamanku karena pukul 18.00 seluruh
peserta sudah bisa melakukan check-in untuk
kegiatan Living The Experience (LTE). Setelah beristirahat di rumah pamanku,
kemudian aku diantar ke Rumah Perubahan dan awalnya aku cukup bingung menemukan
letak lokasi karena kita harus memasuki gang yang cukup sempit dan berada di
pemukiman padat penduduk namun tenyata setelah aku mengobrol dengan panitia
bahwa ada filosofi yang ingin disampaikan agar semangat social entreprenuership
itu benar – benar bisa menyentuh langsung warga sekitar. Ketika aku sampai,
para peserta yang lain tengah makan malam dan suasana hangat langsung tercipta.
Kami saling berkenalan satu sama lain dan aku sangat senang bertemu pemuda
inspiratif dari Aceh hingga Papua. Setelah cukup mengobrol kami dipersilahkan
untuk beristirahat di penginapan Gedung The Winners.
Keesokan hari pada tanggal 8 Januari 2017 merupakan hari
pertama rangkaian acara LTE yang diselenggarkan oleh Rumah Perubahan. Kami
dibuat cukup bingung ketika panitia tidak memberikan rundown selama acara.Tetapi
kemudian panitia menjelaskan bahwa hal itu memiliki tujuan agar kami para
peserta bisa jauh lebih tanggap ketika menerima semua tantangan dan juga
pembelajaran selama kegiatan. Beberapa panitia yang merupakan staf Rumah
Perubahan maupun RK MENTEE tahun sebelumnya mulai memperkenalkan diri dan
mereka adalah Bang TB, Mas Cahya, Mas Yudho, Kak Enje, Kak Hesti, Mas Yudi, Mas
Reza, Kak Dinar, Kak Kania, Kak Sekar, Mbak Agnes bahkan penulis buku 30 paspor yakni J.S. Khairen.
Tidak hanya sesi
perkenalan dengan panitia, antar peserta pun juga saling mengenal satu sama
lain. Dua puluh satu pemuda/i yang tergabung dalam RK MENTEE 2017 tahun ini
adalah Vania, Dhyan, Pretty, Natya, Vebby, Qori, Nella, aku, Iqbal, Chafid,
hanif, Ilham, Gigih, Andreas, Ergy, Audia, Nasir, Alvian, Fauzi, Sayeed. Namun
hari itu masih ada satu peserta yang belum bisa bergabung yakni Noni karena ia
sedang dalam perjalanan dari Jepang.
Setelah sesi perkenalan,
tak lama kami langsung diajak berkeliling di area Rumah Perubahan dan
dikenalkan beberapa unit bisnis yang ada disana seperti Rumah Tempe (pengolahan
tempe yang menggunakan air embun dalam proses pengerjaanya dan sangat
higienis). Integrated Farming dan juga kegiatan Petualang Cilik. Kemudian, kami
diajak ke Gedung Powerhouse (Kantor dari Rumah Perubahan) dan mendapatkan sesi
mentoring dengan Prof. Rhenald Kasali. Sesi tersebut menurut saya pribadi
sangat membuka wawasan dan menyenangkan karena cara beliau menyampaikan materi
dan menjawab pertanyaan kami terlihat sangat kebapakkan layaknya seorang ayah
kepada anak – anaknya namun sama sekali tidak menggurui. Sehabis itu panitia
mengumumkan bahwa kami harus melanjutkan sesi Outbond. Ada satu hal unik yang
tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya yakni saat di kolam kerbau
kami diminta untuk menyelesaikan tantangan yang harus memandikan kerbau. Kalau ditanya
rasanya bagaimana awalnya mungkin agak jijik namun lama – lama menjadi biasa
karena dilakukan bersama sahabat – sahabat baru di RK MENTEE.
Mengikuti serangkaian
kegiatan di Rumah Perubahan membuat kami harus siap dengan berbagai hal baru
yang mungkin tidak pernah kita perkirakan sebelumnya seperti saat panitia
mengumumkan bahwa kami harus menjalani Urban Outbond di area Jabodetabek.
Panitia memberi kami uang sejumlah Rp. 75.000,00 untuk 7 anggota tim dan satu
perwakilan panitia. Uang tersebut harus digunakan untuk keperluan makan dan
transportasi. Peserta juga dilarang membawa handphone,
kamera maupun uang pribadi. Saat menerima tantangan tersebut, kami cukup
terkejut dan langsung memutar otak jenis strategi apa yang bisa kami jalankan
karena kami dibagi menjadi tiga kelompok. Ada banyak hal positif yang aku dan
teman satu tim temui selama perjalanan seperti di tengah hiruk pikuknya kota
Bekasi maupun Jakarta ada saja orang yang mau memberi kami tumpangan seperti
bapak pengemudi mobil pick-up, montir sebuah bengkel atau ibu – ibu yang kami
temui di halte Busway mau meminjamkan kartunya sehingga kami bisa sampai di
lokasi. Sesampainya di tempat ternyata sudah ada Yoris Sebastian sebagai salah
satu pembicara mennati kedatangan para peserta.
Tidak hanya Yoris, ada
banyak pembicara lain yang kemudian juga memberikan kami sudut pandang baru
dalam berbagai hal tentang kepemimpinan, aksi cepat tanggap serta kepedulian
sosial.
Sederet nama yang tidak asing seperti Emil Dardak (Bupati Trenggalek),
RJ Lino (Mantan Direktur Utama PT. Pelindo II), Haidar Bagir (CEO Mizan), Suryopratomo (Kepala Pemberitaan METRO TV
serta pernah menjabat sebagai Pemred Kompas), Representatif dari PT. Freeport
Indonesia datang untuk memberikan inspirasi soal keteladanan bagi kami para
peserta. Tidak hanya itu, para peserta juga diajak untuk lebih peka terhadap
isu sosial melalui sharing bersama para pelaku Social Entrepreneur dari
Kitabisa.com (Alfatih Timur), Dreamdelion (Alia Noor Anoviar), Bank Tani (Masril
Koto). Lewat mereka aku semakin sadar bahwa dalam suatu proses menuju perubahan
dan keinginan untuk berbuat baik pasti selalu ada hambatan dari orang asing
bahkan orang terdekat kita. Tapi semua itu tergantung dari bagaimana kita
menyikapi bahwa kita harus menjaga mimpi – mimpi kita bukan hanya dari hal
buruk yang kemungkinan terjadi namun hal baik namun bukan prioritas. Aku juga
merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan Founder dari Sabang Merauke
(Aichiro Suryo Prabowo) dan beliau mengingatkan kami bahwa toleransi itu harus diajarkan
sedari dini seperti slogan mereka bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan,
toleransi harus dialami dan dirasakan.
Psst... nantinya di part 2 aku juga akan banyak bercerita tentang hal - hal seru lainnya saat aku mengikuti kegiatan ini dan beberapa hal tersebut seperti: 7 tata nilai kebaikan di Rumah Perubahan dan observasi pada anak - anak di TK PAUD Kutilang, Company Visit, Pengalaman nonton langsung On Air Mata Najwa hingga exclusive dinner with Prof. Rhenald Kasali and Bunda Lisa :)