Ekspektasi
Destari P. Pertiwi
12/27/2018 05:59:00 AM
7 Comments
Mari sejenak menghela napas di penghujung tahun 2018 ini untuk mengingat kembali berbagai peristiwa yang sudah kalian lewati selama setahun belakangan. Ada berbagai alasan mengapa pada akhirnya kalian harus menjalani kehidupan yang entah saat ini suka atau tidak suka harus menjadi bagian dari sebuah cerita perjalanan. Mari sekadar untuk kembali menghitung mundur di detik – detik pergantian tahun, mungkin beberapa dari kita dengan semangatnya akan merancang berbagai resolusi yang ingin dicapai dengan harapan tiada aral melintang. Tetapi bagaiamana ketika di tengah jalan, kita dihadapkan pada sebuah permasalahan yang menuntut kita untuk memutar haluan atau jika ingin dipaksakan hanyalah kesia – siaan yang akan kita peroleh. Perubahan yang mendadak tidak akan pernah membuat kita siap. Namun justru pada bagian ketika ada masalah yang menghadang, sebuah proses pendewasaan diri kita diuji kembali.
Ekspektasi yang begitu tinggi,
harapan yang sudah dipupuk sedemikian rupa maupun doa yang terus dirapal
perlahan bisa saja menjadi sebuah duka. Tetapi namanya manusia memang suka
sekali berandai – andai sampai lupa diri. Padahal jika kita mau berbenah dengan
seksama meminimalisir ekspektasi yang terlalu tinggi mungkin batin akan jauh
lebih siap. Terkadang ekspektasi pun ga melulu datang dari diri sendiri karena
bisa saja datang dari orang – orang terdekat. Mungkin secara nggak sadar kerap
kali kita mendapat komentar dari kerabat kita seperti “Masa gini aja ga bisa
sih?” atau justru kita yang melontarkan ucapan seperti itu dan lupa bahwa bisa
saja itu pengalaman seseorang dalam memahami sesuatu untuk pertama kali
sehingga membutuhkan bantuan kita.
Selain itu hidup sebagai makhluk sosial
kadang juga membuat kita terlalu cepat menghakimi pilihan – pilihan hidup
seseorang. Adanya sebuah “standar” yang secara tak tertulis yang bisa saja
membuat orang lain tertekan dan membuat mereka tidak menjadi dirinya sendiri. Mungkin
yang juga membuat gusar pun jika kita ternyata tidak bisa memenuhi ekspetasi
orang – orang terkasih yang berharap banyak pada kita. Lalu timbul perasaan
bersalah, tidak enak hati atau bahkan yang paling parah menyebabkan sebuah
depresi. Jangan sampai perasaan ini dibiarkan berlarut – larut dan membuat kita malah jadi dipenuhi oleh pemikiran – pemikiran yang negatif.
Ya, semoga kita
bisa terus belajar untuk mengelola perasaan diri sendiri dan juga harapan kita
pada orang lain. Kita juga harus ingat bahwa segala hal itu membutuhkan proses
dan baik buruknya sesuatu itu pasti ada hal yang bisa kita ambil hikmahnya. Teruslah
memiliki ekspektasi yang positif sehingga keriangan pun akan selalu menjadi
inspirasi positif kita dalam berkarya.